Kamu tahu apa yang kusukai dari kopi? Bukan cuma tentang rasa, tapi juga proses. Mulai dari benih-benih yang ditanam penuh dengan kebahagiaan dan harapan. hingga menjadi bubuk hitam penuh kenikmatan. Tak hanya rasa, kopi punya bau yang khas. Ia hitam, tapi mempesona. Bahkan lebih mempesona dibandingkan penebus dahaga lainnya.

Lalu bagaimana dengan kamu ? gadis hitam manis yang membuat ku jatuh cinta. Tidak kah kau ingat ketika itu aku hilang arah, bercumbu dengan rindu. Dan bernostalgia dengan luka lama. Hingga tak kusadari bahwa didekatku, Tuhan telah menciptakan seseorang yang mampu menghapus dahaga. Mungkin juga menghapus luka.

Diantara binar-binar malam, dan indahnya bintang-bintang di sekeliling venus. Mungkin kau bukanlah yang paling terang, tapi sinar yang kau pancarkan punya warna yang berbeda. Entah itu hijau atau jingga, aku lupa. Yang ku ingat, kau itu berbeda. Ya, kamu mampu mengikis sedikit demi sedikit sayatan luka di hati. Kamu memang berbeda.

Kamu mampu menerangi hingga ke dasar lautan yang gelap gulita. Kamu tahu bahwa aku tak bisa bernafas disana, seperti para penghuni Bikini Bottom. Tapi kamu lah udara itu, yang Tuhan kirimkan hanya  untukku.

Hingga suatu malam tidur ku tak juga pulas, ku pikir karena luka yang masih membekas dari wanita egois itu. Ternyata itu kamu bukan dia, yang melambaikan tangan disaat mata ingin terpejam. Seolah menyapa dari kejauhan dan menjadikan mimpi sebagai pengirim pesan.

Disaat hari-hari ku mulai berat, ku pikir aku butuh kopi. Tapi setelah butir-butir gula itu larut bersama seduhan bubuk hitam itu, semua terlihat sama saja, hampa. Mungkin aku tak butuh kopi, aku butuh kamu. Yang bisa menghangatkan dikala hujan, dan mengingatkan di kala aku salah jalan.

Ghandy November