Lelaki itu bernama indra, seorang yang ramah, baik hati, dan murah senyum. Tapi keadaan disekitar nya membuat Indra yang semakin beranjak dewasa menjadi sosok yang dingin dan tak lagi murah senyum. Ya, semua orang menganggap nya hanyalah seorang anak yang manja, tidak bisa apa-apa dan menyusahkan orang tua. Indra adalah anak yang tinggal didalam keluarga yang berkecukupan, segala fasilitas yang ia butuhkan ada dirumah nya yang tak terlalu besar itu, mungkin karena hal itu orang-orang menganggap nya sebagai anak yang manja, bahkan orang tua nya saja pun sering meremehkan dirinya. 

Kedua orang tua Indra lebih membanggakan kakak nya dibanding Indra. Entah mengapa, hampir semua hal yang Indra lakukan selalu saja salah dimata ayah dan ibu nya. Bahkan saat Indra mulai menjadi anak yang kreatif dan memiliki bakat seni, Indra tak mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tua nya.

Suatu hari di kesunyian sore, Indra melukis didalam kamar nya dengan harapan lukisan itu dapat diselesai kan saat itu juga dan ditunjukkan kepada ayah , ibu, dan adik-adik nya. Lukisan itu pun selesai, lukisan indah yang mungkin bisa membuat orang-orang terkesan saat melihatnya. " Dik, lihat nih kakak baru saja ngelukis sesuatu, indah bukan?" tanya Indra sambil menyapa adik-adik nya yang tengah asyik bermain game saat itu. "Wah cantik banget kak, buatin satu lagi dong! " sahut adik bugsunya yang bernama raysha. " Iya kak cantik bener, ternyata kakak pinter melukis ya?" sahut adik nya yang satu lagi."Iya-iya ntar kakak buatin satu lagi ya buat rasya".

Tak lama kemudian, ayah dan ibunya keluar dari kamar dan meghampiri mereka. Tiba-tiba sibungsu berkata, "Ayah, ibu, lihat nih kakak punya lukisan yang cantik banget". Tak ada respon yang begitu positif dari kedua orang tuanya. Ibu Indra hanya bisa tersenyum sedangkan ayahnya hanya melihat tanpa mengeluarkan tanggapan apapun. Indra tampak sedih, karena dia merasa belum bisa membuat kedua orang tua nya bangga akan karya yang ia buat. Bahkan sepatah kata pun tak keluar dari mulut ayah dan ibunya. 

Namun hal ini tak membuatnya patah semangat, Indra terus berkarya dan berkarya. Kejadian hari itu baginya hanyalah sebuah isyarat agar ia dapat terus belajar dan mengembangkan bakatnya dibidang seni. Seiring berjalannya waktu, karya-karya indah pun telah tercipta di tangan Indra, karya yang membuat teman-teman nya membanggakan  seorang Indra. Namun bagi Indra semua itu belum cukup jika ayah dan ibunya belum merasa bangga memiliki anak seperti Indra. Saat sedang asyik melukis, tiba-tiba ibu nya masuk kedalam kamar Indra. Sama seperti sebelumnya, ibu Indra hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun sebagai penyemangat diri Indra. Tak lama kemudian ayah Indra juga masuk kekamar Indra untuk meminjam sisir, namun ayah nya tidak menghiraukan sedikit pun Indra yang sedang melukis saat itu. Seolah-olah semua itu tak berarti buat kedua orang tua Indra. 

Indra hanya bisa mawas diri dan menganggap dirinya memang tak berarti dirumah itu. Karena bahkan sebuah hasil karya indah yang dibuat nya pun tak memilik nilai dimata orang tua nya. Indra sungguh merasa sedih, ia bertanya dalam hati kepada tuhan , "Ya Allah, apakah aku ini anak tiri dikeluarga ini?" . Tanya nya sebagai ungkapan kesedihan atas kejadian yang ia alami. Indra selalu berdoa dan berdoa untuk meminta petunjuk dari yang maha kuasa. Hingga suatu hari ia merasa harus menunjukkan sebuah prestasi untuk membuat kedua orang tuanya bangga. Saat itu Indra baru saja lulus dari SMA, mungkin kesempatan terdekat untuk meraih prestasi adalah berusaha agar ia berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri, mungkin dengan cara itu orang tua Indra bisa lebih respon terhadap Indra. Bersambung.....