Saat keluar dari rumah, pikirku air langit tak akan turun. Sebab pagi tadi terlihat cerah dan baik-baik saja.
Jalanan Medan tampak sepi, jelas saja ini kan sabtu. Hari dimana jiwa-jiwa berseragam dinas sedang libur. Sedang jiwa-jiwa lainnya mempersiapkan diri menuntaskan rindu di malam minggu nanti.
Niatku untuk mengabadikan momen pun harus terhenti saat satu per satu rintik hujan turun, hingga akhirnya mereka menggerutu beramai-ramai di atap genteng rumah-rumah yang ku lewati.
Laju motor ku berhenti di Indomaret yang berdempetan dengan Alfamart. Ya mereka memang beda, tapi dekat. Mauku, kau dan akupun begitu setelah tau berbeda, harus tetap dekat, bukan malah pergi mencari yang baru dan saling berkata jahat.
Ah sudahlah, coffee latte ku sudah datang. "Kalo kurang manis, ini gulanya ya bang," ucap mbak-mbak Point Cafe Indomaret sambil meletakkan dua bungkus gula pasir stik di mejaku.
Dalam hatiku menggumam, "Aku sudah terbiasa dengan yang pahit mbak."
Satu jam berlalu, hujan bukannya mereda malah makin menjadi sederas-derasnya. Pikirku, daripada aku terkoyak-koyak sepi di tengah riuhnya pengunjung Indomaret, dan mbak-mbak Point Cafe yang sibuk memainkan jemarinya di antara gadget berlogo apel itu. Kuputuskan untuk menulis di blogku yang sudah usang ini.
Aku memesan cangkir keduaku, tenang... ini bukan kopi kok. Hanya Lemon Tea dengan sedikit gula. Saat tulisan ini ditulis, minum di cangkir keduaku pun sudah hampir habis.
Hujan tak kunjung reda pula. Aku juga tak tau apa takdir Tuhan berikutnya. Menurut mu apakah aku akan terus berdiam diri disini melanjutkan tulisanku, atau pergi menerobos air langit dengan jas hujan plastik harga belasan ribuan yang mungkin akan ku beli di Indomaret?