Insiden tawuran antar pelajar yang baru-baru ini tentunya menjadi sebuah tamparan yang sungguh menyakitkan di wajah pendidikan Indonesia. Mereka (Beberapa pelajar) menjadikan kegiatan negatif ini sebagai tanggung jawab dalam hidup mereka. Perasaan gengsi dan ingin diakui di kelompokna membuat moralias mereka tidak lagi menunjukkan grafik kearah yang lebih baik. Mereka tidak lagi takut untuk saling menyakiti, bahkan membunuh orang-orang yang mereka anggap musuh.
Sebelum insiden tawuran berdarah ini, juga ada hal memprihatinkan lainnya yang semat meresahkan masyarakat. Yaitu aksi dari genk Motor yang tidak segan untuk menganiaya bahkan membunuh korbannya dan kemudian mengambil harta yang mereka miliki. Di kota medan saja, dipastikan bahwa mayoritas anggota dari genk motor masih berstatus sebagai pelajar. Hal ini juga dibuktikan dengan tertangkapnya banyak pelaku berstatus pelajar pada saat rajia digelar oleh polisi.
Siapa dan apa yang salah hingga membuat mereka (para pelajar) menjadikan kedua kegiatan ini sebagai gaya hidup ?
Menurut saya , kita harus melihat persoalan ini dari berbagai sisi . Dari lingkungan kelurga mungkin? sekolah ? atau lingkungan lainnya. Di lingkungan keluarga , saya melihat masih banyak para orang tua yang salah dalam menerapkan konsep hidup sang anak. Contoh kecilnya, banyak orang tua yang senang bahkan bangga ketika melihat anaknya bisa mengendarai sepeda motor meskipun sang anak masih dibawah umur. Hal seperti ini bisa berlanjut pada hal-hal yang lebih besar di kemudian hari.
Selain itu, banyak juga orang tua yang tidak lagi mempedulikan apa yang dilakukan sang anak apabila anak sudah dianggap dewasa (17+) . Saat anak pulang terlalu malam, orang tua tersebut menganggap anaknya sudah dewasa dan bisa menjaga diri, jadi tidak perlu untuk menanyakan dimana keberadaan sang anak. Orang tua tersebut tidak lagi bertanya tentang siapa teman si anak, apa kegiatan yang ia lakukan, dimana ia sering berada. Menurut saya ini adalah hal kecil yang bisa mendorong mentalitas sang anak untuk melakukan hal-hal negatif. Mereka berfikiran bahwa orang tua mereka tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka lakukan sehingga mereka bebas melakukan apapun. Hal-hal seperti ini lah yang nantinya memupuk kebiasaan sang anak untuk tidak lagi peduli dengan lingkungan keluarganya.
Dilingkungan Sekolah ? . Pelajaran yang terlalu sulit untuk dicerna, metode pengajaran yang salah, bertemu guru yang over protective, serta tidak adanya pendidikan karakter yang diterapkan, merupakan hal-hal yang mungkin bagi sebagian besar pelajar sangat berpengaruh dalam terbentuknya sikap dan perilaku mereka, kearah yang lebih baik atau kearah yang lebih buruk.
Bagaimana bisa seorang pelajar menyukai sekolah dan pelajaran yang ada apabila metode yang dilakukan para guru sangat lah menjenuhkan , apalagi ditambah dengan adanya guru yang terlalu keras dalam mengajar, terlalu banyak peraturan dikelas, selalu mendapat nilai jelek dan selalu di judge dengan kata "bodoh". Ketika para pelajar yang mentalitasnya tidak kuat melihat kondisi seperti itu, maka mereka akan mencari hal atau pelampiasan lain untuk membuat mereka menjadi lebih tenang dan merasa nyaman.
Memakai narkkoba, minuman keras, dan sejenisnya untuk menghilangkan perasaan depresi mereka. Atau yang lebih ekstrem lagi, mengikuti tawuran atau bergabung dengan genk motor kriminal untuk mmendapatkan perasaan senang, bebas, yang seolah membuat mereka lupa akan persoalan mereka dirumah maupun disekolah.
So, its not about a problem of one person. This is our big home work. Hanya ada dua tempat bagi kita semua, berubah menjadi lebih baik dan merubah lingkungan menjadi lebih baik .