Matamu menatap tajam bagai sang elang,

Siap siaga untuk menyerang..

Semangat mu yang menggelagar,

membangkitkan semangat  juang yang terus berkobar..

Memimpin bagaikan singa,

Siap menyantap musuh-musuh yang merajalela,

Kau acungkan jari telunjuk mu,

Memberikan angin segar bagi rakyat mu,

Untuk terus melawan, berjuang, dan bangkit dari kekalahan,

Raungan suara mu yang terdengar berat

Menggetarkan hati anak bangsa

Menggerakkan naruni ksatria

Mengguncang dunia dengan seruan dari Indonesia

Hei.. Plokamator...

Kau terlihat gagah seperti predator

Tak gentar dengan acaman dan segala teror

Membasmi Musuh yang berjiwa kotor

Bung karno...

Kami rindu sosok seperti mu,

Kami butuh semangat baru dari mu

Membangun bangsa ini dengan ketegasan

Bukan dengan keprihatinan dan ketidak pastian

Referendum tak ada artinya,

Jika negeri ini dipimpin orang-orang yang tak kesatria

Reformasi di negeri ini

hanya bisikan setan  tak membawa perubahan yang berarti

Ghandi Mohammad

Ratusan tahun negara ini dijajah , mereka (para pahlawan) tanpa rasa takut dan pamrih berjuang mati-matian untuk membela Indonesia. Mereka bukan  islam, bukan kristen , bukan agama lainnya, bukan jawa, bukan aceh, bukan sunda, dan bukan suku lainnya, melainkan satu kesatuan yang berjuang bersama-sama atas nama Indonesia. Ditengah malam yang senyap mereka tidak bisa tidur, di siang hari yang benderang mereka tidak bisa berjalan dengan nyaman. Ketika para komunis membombardir hakikat dan hak-hak rakyat Indonesia, memperbudak dan menjadi dalang dari kemiskinan orang Indonesia.

Mereka selalu siap siaga mengangkat senjata, mempertaruhkan nyawa membela Indonesia, bergerilya dimalam hari tanpa rasa takut, dengan jiwa kesatria yang berkobar. Patriot-patriot yang pemberani dengan selogan mereka "Merdeka Atau Mati", mematahkan pertahanan komunis secara perlahan. Tertembak adalah hal yang biasa bagi mereka, itu hanya sekedar luka kecil dibandingkan rasa sakit yang akan dirasakan dimasa depan akibat penjajahan yang tiada henti.

Ironis memang, setiap tanggal 10 November kita memperingati nya sebagai hari pahlawan, tapi pernahkah kita menghargai jasa para pahlawan ? bisa kah kita berdiri tegak sepanjang mengikuti upacara bendera? mampukah kita tetap memberi hormat kepada sang saka merah putih yang dengan mudah nya dikibar kan saat ini. Padahal kita tau bahwa untuk mengibarkan bendera merah putih dimasa lampau, sangatlah sulit bahkan berakhir dengan jatuhnya darah dan air mata?

Tak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini selain menghormati jasa mereka (para pahlawan) dan memberikan prestasi untuk Indonesia. Jangan hanya memperingatinya setiap tahun, tapi ingat,hargai, dan kenanglah jasa mereka, hingga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi sebagai rakyat Indonesia.

Ghandi Mohammad

Terus menatap sepi hari ini,

Ku tau ,aku memang tak sendiri ..

disaat masa itu datang, begitu semu dan menjenuhkan

berlari, terjatuh, dan mengharap masa terdekat akan impian..

Begitu banyak Imajinasi yang membangun perihnya ilusi ,

berat, sungguh berat hidup yang semu ini,

tak seperti burung yang bisa terbang tinggi..

hanya bisa berlari dan terus berlari, mengejar hal yang tak pasti..

masih adakah suatu hal indah yang biasa disebut tawa ?
yang selalu terselubung dalam canda dan cerita

masihkah bersemayam  rasa yang semu itu?

mungkinkah semua terkubur bersama waktu yang terus berlalu

Cerita hidup yang semakin mencengkram,

memaksaku bersembunyi di balik malam

kesunyian  seakan menatap penuh dendam

membawa ku berlari dalam mimpi yang semakin dalam

Tuhan, mungkin aku terlalu angkuh,

menghadapi dan meratapi kehidupan yang semakin rapuh,

dan wajah yang terlihat lusuh,

semakin menggambarkan batin dan jiwa ku yang jenuh

Hanya berharap dan berdoa pada mu tuhan,

melepaskan ku dari kehampaan dan kejenuhan

menunjukkan ku jalan terbaik tuk meraih impian,

 dan merasakan akhir yang indah dari sebuah roman picisan

Ghandi Mohammad

Langit biru membentang sebagai atap kami

alam yang hijau dan kaya tempat kami berpijak

 cukup membuat anak dan cucu untuk tersenyum

berlari sebebas mungkin, lepas...dan lepas...

sederhana tapi bahagia,

bukan karna harta, jabatan, dan kekayaan,

hanya atas dasar cinta dan kekeluargaan,

ini alam kami , alam kita, alam Indonesia

ini tanah kami, tanah kita, tanah air Indonesia 

ini rumah kami, rumah kita, rumah Indonesia

Tapi tahukah engkau wahai penguasa

ketika kami seakan tak punya rumah

ketika alam seakan berganti tuan

melenyapkan semua senyum anak bangsa mu

mutiara hitam yang tak lagi mengkilau

meleburkan kisah masa lampau

melanjutkan hidup bagaikan cerita fiksi

kami tak tahu sampai dimana ini akan berhenti

Tak pernah,,,, tak pernah dalam kalbuku , mengganti merah putih ku

tak pernah aku rela berpaling dari sang gagah Pancasila

Tapi pandanglah kami dari hati,

kami memang berkulit hitam, tapi kami juga rakyat Indonesia

Kami Papua, Kami Indonesia

Ghandi Mohammad